Rabu, 09 Juli 2014

Kritik Lukisan

Kritik Semiotik


Gadis berbisa” (2012)
Oil on canvas  50x70cm

  Fitriana


Deskripsi
Gadis berbisa” merupakan lukisan dari seorang Mahasiswi asal Kudus bernama Fitriana, dibuat pada tahun 2012,  dengan menggunakan media cat minyak pada kanvas dengan ukuran 50x70 cm. Pada lukisan tersebut menghadirkan sosok seorang perempuan yang sedang bertelanjang dengan menghadap ke belakang dengan membawa sehelai kain berwara putih keabu-abuan. Background dari lukisan tersebut berwarna hitam dengan sedikit sentuhan strip berwarna hijau muda dan sedikit sentuhan berwana biru. Warna yang paling dominan dari karya tersebut adalah hitam. Fitriana melukis dengan pendekatan realistik.
            Unsur warna yang terdapat pada subject matter adalah putih dengan sedikit campuran kuning dan cokelat pada kulit wanita tersebut. Hitam pada rambut. Di bagian punggung ke bawah menuju pantat serta sebagian tangan kanannya terdapat sobekan kulit/sisik ular dengan motif zig zag dengan warna hitam, kuning serta abu-abu.
Analisis Formal
            Dalam lukisan “Gadis berbisa” yang mempunyai komposisi vertikal, banyak menggunakan garis lengkung, antara lain di bagian kain dan anggota tubuh. Dengan penempatan subjek lukis di tengah walaupun tidak sama antara bagian kanan dengan kiri, atas dengan bawah, namun cukiup seimbang dilihat dari komposisinya baik warna bentuk, garis, kesan ruang dan lain lain. Pada lukisan tersebut memiliki kesan tekstur halus pada bagian kain dan kulit. Dengan gelap terang pada kain dan tubuhnya. Warna gelap sebagai background, menjadikan subject perempuan sebagai pusat perhatian. Warna gelap juga mengesankan ada ruang kosong. Ruang kosong tersebut menyeimbangkan agar subyek lukisan tidak terlalu penuh.
Interpretasi
Lukisan tersebut, Bila diamati  sosok seseorang perempuan memiliki makna denotatif yaitu salah satu dari dua jenis kelamin manusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria.  Jika merujuk pada judul, Gadis sendiri mempunyai arti Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga dengan anak gadis.
Dalam Lukisan tersebut, terlihat seorang perempuan sedang membawa sehelai kain yang menutup bagian bawah tubuhnya. Perempuan tersebut juga Memiliki sisik seperti ular pada sebagian punggung dan tangan, sisik ular sendiri. Dalam dunia biologi,   Sisik-sisik itu berfungsi untuk melindungi tubuh, membantu pergerakan ular, mempertahankan kelembaban, berguna dalam kamuflase dan mengubah penampilan, dan untuk beberapa kasus juga membantu dalam menangkap mangsa.
Dilihat lebih jauh lagi tentang makna lukisan ini, sesosok Perempuan/gadis ini memiliki makna konotatif yang negatif. Sepertinya memiliki arti perempuan yang menjual harga dirinya, ini terlihat bagaimana ia berpakaian. Dengan Background hitam mengartikan kegalapan, atau kejahatan. Perempuan tersebut memiliki balutan sisik ular di punggung dan tangan kanannya mengindikasikan dia itu berbahaya. Dengan sifatnya yang seperti ular, dapat berkamuflase, mengubah penampilan untuk menangkap mangsanya. Memiliki racun yang berbahaya, dapat menyerang siapa saja yang tergoda oleh bujuk rayunya.

Penilaian
Dalam lukisan yang berjudul Gadis berbisa karya  Fitriana dari segi visual Sudah baik bisa dilihat dari baerbagai aspek diantaranya komposisi, keseimbangan baik dari segi bentuk, warna, garis dll. Walaupun pada bagian gambar sisik ular masih kurang terlihat realis. Tetapi Sepertinya Fitriana ingin menuangkan gagasan tentang realita perempuan saat ini. Ia menuangkan gagasannya secara baik dan apik, ia sepertinya ingin menyampaikan pesan tentang wanita penggoda yang mempunyai sifat jahat (beracun). Dalam hal ini pemilihan visual dari “beracun” tersebut dianalogikan ke visual ular. Karya bisa dikategorikan baik, karena dalam hal ini pesan atau gagasannya  dapat tersampaikan dengan baik.





Fenomena budaya visual



Dewasa Ini Sebuah karya seni/ desain  tidak terlalu mementingkan aspek-aspek visual, melainkan aspek ide / gagasan yang ingin disampaikan. Fenomena budaya visual semacam ini mengahantarkan kita untuk tidak terlalu melirik terhadap aspek-aspek rupa, karena lebih mementingkan tersampainya pesan visual, konsep, gagasan atau pencitraan ideologis suatu karya.
Terkait dengan fenomena ini, sebenarnya sah-sah saja, tidak ada larangan bahwa dalam menyampaikan konsep/ide tidak terlalu mementingkan aspek visualnya, tetapi tujuan tersebut tersampaikan. walaupun dengan memilih suatu contoh visual lain yang secara harfiah, yang secara nyata tidak cocok dengan suatu hal yang menjadi tujuan utama sang seniman. Tetapi dengan ketidak cocokan tersebut kita dituntut untuk  berfikir lebih jauh dari pemikiran dasar, Fenomena pop-culture semacam ini memang sedang hangat di masyarakat. Banyak contoh karya seni dari fenomena semacam ini, contohnya ialah lukisan, seni instalasi,dsb. Namun yang paling gencar dari fenomena justru terjadi di dunia periklanan. Sudah kita ketahui bahwa dalam dunia periklanan entah itu menggunakan media video ataupun gambar tak bergerak misal poster baliho dan semacamnya yang terpenting adalah aspek tujuan yang ingin disampaikan itu dapa masuk ke viewer .
Tujuan mendasar dari desain adalah untuk mengkomunikasikan pesan dan memotivasi pengunjung untuk melakukan sesuatu  Walaupun aspek visualnya bagus, namun tidak mendukung dengan apa yang ingin disampaikan, maka pesan tersebut akan gagal untuk diketahui oleh penikmat. Dalam dunia Desain, maka aspek komunikasi lah yang lebih diutamakan. Apakah tujuannya dapat tersampaikan atau tidak? Jika tidak maka karya tersebut bisa dikatakan gagal, walaupun aspek visualnya sudah baik, hal inilah yang mendorong para seniman untuk terus berkarya lebih mengutamakan Ide / gagasan ketimbang aspek rupa.  Fenomena semacam ini akan selalu berkembang dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan zaman, dan keinginan masyarakat.

Senin, 07 Juli 2014

kritik lukisan






Potret Diri Menghisap Pipa
Oil On Canvas , 59 cm x 125 cm (1977)
Affandi



a.       Deskripsi

            Lukisan berjudul Potret Diri Menghisap pipa , 59 cm x 125 cm dengan cat minyak di atas kanvas. Lukisan ini dibuat oleh maestro lukis dunia asal Indonesia bernama Affandi pada tahun 1977. Lukisan ini terbagi atas latar depan, dan latar belakang. Latar depan ditunjukkan dengan seorang lelaki tua yang sedang memegang dan menghisap pipa, Pandangan lelaki tua itu ada yang memandang ke pipa yang sedang dihisapnya. Latar belakang ditunjukkan dengan keberadaan obyek lingkaran merahdengan garis melengkung disekitarnya. Secara keseluruhan lukisan ini, terdapat berbagai warna warna diantaranya merah, orange, cokelat, hijau, kuning, dan campuran dari warna tersebut. Garis yang mendominasi lukisan ini ialah garis lengkung.  Berukuran pendek, panjang. Dengan metode sapuan jari yang menjadi ciri khas dari seorang Affandi.
b.      Analisis dan interprestasi

            Keberadaan garis dalam lukisan ini, pada dasarnya berfungsi sebagai identitas bentuk, sehingga bentuknya dapat dikenali. Garis sebagai identitas bentuk, seperti halnya bentuk-bentuk yang tampak pada: orang tua, tangan, pipa, matahari. Garis-garis yang ada terlihat ekspresif, awut-awutan namun dalam ”bentuk” yang ritmis. Sebagian terdapat garis yang bebas atau garis yang saling tumpang tindih. Garis tersebut mendeskripsikan batas-batas atau kontras dari nada gelap terang, warna atau tekstur yang terjadi sepanjang batas-batas bentuk tersebut. Dengan demikian, rupa bentuk pada lukisan ini adalah bentuk yang terlihat dalam kaitannya dengan bentuk-bentuk yang lain atau ruang yang mengelilinginya.
Bentuk (shape) pada lukisan ini terjadi karena dibatasi oleh sebuah garis, juga dibatasi oleh warna yang berbeda atau oleh gelap terang. Hal itu ditunjukkan seperti pada figur wajah orang tua yang berbeda pada bagian rambutnya. Warna merah menjadi warna yang mendominasi pada lukisan ini, warna ini terdapat pada bagian wajah dan matahari serta sedikit di bagian tangan. Sedangkan warna kuning berada diantara rambut dan matahari, begitupun warna orange. Warna coklat kehitaman ada pada hampir seluruh tubuh dan sebagian kecil di gambar matahari. Warna Hijau ada pada bagian rambut berfungsi sebagai penyeimbang lukisan yang terkesan panas, agar tidak terlalu panas.
            Lukisan ini memiliki keseimbangan asimetris, walaupun tidak sama antara bagian kanan dengan kiri, atas dengan bawah, namun tetap seimbang dilihat dari komposisinya baik warna bentuk, garis, kesan ruang dan lain lain.

            Lukisan yang diberinya judul Potret Diri Menghisap Pipa dibuat  pada tahun 1977, dengan media cat minyak di atas kanvas. Lukisan berkomposisi  horizontal ini memiliki dimensi 59 X 125 cm dan visualisasinya sangat sederhana, hanya menggambarkan seraut wajah seseorang yang sedang menghisap pipa dan matahari. Bila dilihat secara detail maka proses pembuatannya melibatkan beberapa jenis tanda. Berdasarkan identifikasi kemiripannya dengan objek yang diacu, maka gambar wajah  maupun matahari tersebut merupakan ikon. Wajah seseorang sebagai ikon terlihat mirip dengan wajah Affandi meskipun tidak realis, dan lingkaran merah juga mirip dengan matahari. Selain itu, pipa yang dipegang lelaki tua tersebut juga sebagai ikon.

            Matahari Sebagai tanda yang paling menonjol kehadirannya di sana,  matahari tampaknya selain menunjukkan tanda ikonis sangat mungkin diinterpretasikan
secara metaforis. Tanda ini mengacu pada objek benda langit  yang memiliki sifat bercahaya. Matahari merupakan sumber segala kehidupan dijagad raya.
Gambar matahari dibentuk dari beberapa lingkaran dengan garis-garis memancar sehingga visualisasinya membentuk radial. Bentuk yang  memberikan sugesti pemusatan, letupan, atau letusan secara tiba-tiba.

            Lukisan ini memuat wajah, tidak terlalu sulit bila dikaitkan  wajah itu dengan Affandi. Dahi lebar, rambut acak-acakan, kurus, tulang pipi menonjok, dan berjanggut. Mengacu pada sosok Affandi, manusia yang memiliki karakteristik eksplosif, semangat yang kuat. Pengorganisasian unsur garis, bentuk, warna, yang kuat maka karya Affandi juga memiliki ekspresi psikologis. Garis diagonal yang cenderung datar pada pipaaakan memperlihatkan  ketenangan, sementara garis-garis yang awut-awutan mencerminkan dorongan emosi yang bergejolak, bergerak, dan dinamis.

            Dari aspek indeks, gaya dan tema lukisan dapat dikaitkan dengan kondisi alam yang sedang diterpa sinar kuat matahari udaranya menjadi begitu panas menyengat yang bisa bermakna musim kemmarau, musim paceklik. Matahari digambarkan dengan bentuk lingkaran dan cahayanya digoreskan ke arah luar sehingga membentuk garis radial. Penggambaran raut wajah dirinya sangat lemah, matanya memelas, dan pipinya cekung menandakan badan yang kurus karena penderitaan sedang menikmati cerutu pipa, hal yang sangat sederhana yang membuat ia bahagia.
        Emosi pelukis dalam lukisan ini secara jelas tampak dari sapuan kuas besar, tarikan garis yang kasar dan spontan dengan warna panas. Warna coklat gelap menggambarkan ekspresi keprihatinan yang menimpa Masyarakat kalangan menengah kebawah.
Pada tahap makna ideologisnya adalah bahwa manusia merupakan bagian dari alam. Matahari adalah benda di langit yang bercahaya terang dan panas pada siang hari, merupakan sumber bagi segala macam kehidupan dan energi di bumi. Sedangkan pipa disini menunjukkan sumber kebahagiaan yang dialami oleh rakyat kecil, di tengah panasnya matahari atau bisa juga diartikan dengan tantangan hidup.
            Makna konotatif atau yang tersirat dari karya Potret Diri dan menghisap pipa, wajah  Affandi yang kurus menunjukkan kondisi atau keadaan fisiknya yang menderita karena sering sakit. Gambar pipa diinterpretasikan secara metaforis. Memiliki sumber kebahagiaan. Karena bagi perokok pipa adalah teman terbaiknya. Kemudian Matahari bisa diinterpretasikan memiliki sifat kuat, bercahaya kuat, dan sumber segala kehidupan di jagad raya. Gambar matahari dibentuk dari lingkaran bergaris memancar, memberi pesan semangat .


c.       Penilaian
Dalam lukisan yang berjudul Potret Diri dan menghisap pipa karya  Affandi dari segi visual Sudah baik bisa dilihat dari baerbagai aspek dalam seni, diantaranya komposisi, keseimbangan baik dari segi bentuk, warna, garis dll. Elemen- elemen lain juga sangat baik seperti realita kehidupan rakyat kecil yang dilukiskan dengan lelaki tua yang kurus kering yang terlihat sedang menikmati hidup ditengah tantangan dunia dia tidak peduli, telah berhasil diciptakan Affandi, sehingga karya ini dapat tersampaikan dengan baik.